Kamis, 28 Januari 2021
Pentingnya kerjasama antara pemangku kepentingan
PEMETAAN KEKUATAN PEMANGKU KEPENTINGAN
No. |
Pemangku kepentingan |
Kekuatan untuk mewujudkan visi |
Peran dalam mewujudkan visi |
1 |
Siswa |
Siswa yang memiliki motivasi yang baik bisa
dijadikan teladan dan contoh untuk siswa yang lainnya agar mengikuti |
Siswa yang dinilai sudah mempunyai motivasi instrinsik
yang baik bisa dijadikan pamong temannya sendiri baik dalam pembelajaran
maupun kegiatan positif lainya |
2 |
Teman sejawat |
Bekerja sama ikut menjadi teladan dan mendorong
siswa membentuk lingkungan dan budaya postif di sekolah |
Mendukung dan berkolaborasi dengan ikut
berpartisipasi aktif dalam menuntun siswa mewujudkan visi dalam membentuk
lingkungan dan budaya positif di kelas dan di sekolah |
3 |
Staff sekolah |
Membantu dalam mendukung pembuatan administrasi
dalam segala proses kegiatan pengadministrasian |
Berkolaborasi dalam hal adminitratif secara
berkesinambungan demi mewujudkan visi |
4 |
Kepala sekolah |
Memberi dukungan administrative, managerial dan
legalitas terhadap segala proses mewujudkan visi |
-
Memberi dukungan dengan membuat surat resmi
pemberian wewenang -
Membantu mengajak seluruh warga sekolah
mendukung program yang bisa mewujudkan visi -
Memfasilitasi segala kegiatan yang bisa
mempermudah mewujudkan visi |
5 |
Komite sekolah |
Mendukung secara administrative dan tindakan sebagai
wakil dari orang tua |
-
Memberi dukungan secara resmi secara
administrative -
Membantu secara aktif dalam ikut serta
membimbing siswa mewujudkan visi |
6 |
Dinas terkait |
Memberi legalitas secara administrative dan memberi
dukungan fasilitas |
-
Medukung dengan mengeluarkan SK sebagai
legalitas untuk membantu ruang gerak mewujudkan visi -
Memberi fasilitas yang mendukung dalam
mewujudkan visi |
Paradigma Inquiri Apresiatif; Mengubah kelemahan menjadi kekuatan.
Inkuiri
Apresiatif merupakan cara pandang yang memfokuskan hanya pada kekuatan atau hal
yang positif yang bertujuan untuk mereformasi kelemahan menjadi keekuatan.
Semua hal yang terwujudkan dan terlihat adalah hal yang positif yang bisa
membangun reformasi perubahan yang possitif.
Kaitannya
dengan filosofi pembelajaran Ki hajar Dewantara adalah penggunaan cara pandang
Inkuiri Apresiatf membuka peluang seluas luasnya untuk mengembangkan dan
memberi jalan pada bakat alam peserta didik tanpa memaksakan atau menilai
seecara sepihak akibat dari suatu tindakann yang terlihat. Selain itu juga
Inquiri apresiatif membuka seluas-luasnya pemanfaatan tekhnologi dan informasi
akbiat perkembangan zaman yang terus berkembang. Paradigma ini menuntun pada
meilhat perkembangan zaman sebagai hal yang positif yang bissa dimanfaatkan
untuk perubahan yang positif.
Pendidik
diharapkan bisa berperan menjadi penuntun dan panutan baik bagi peserta didiknya
maupun teman sejawatnya. Pada peserta didik, pendidik dapat menggunakan
paradigm inkuiri apresiatif untuk menumbuhkan bakat alam dan memanfaatkan
perkembangan zaman untuk membuat perubahan pendidikan yang positif.
Paradigma
inkuiri apresiatif bisa dimanfaatkan salah satunya untuk mengebangkan dan
menuntun bakat alam peserta didik dengan menumbuhkan motovasi intrinsic mereka.
Pendidik selalu mengangap bahwa peserta didik tidak ada yang bodoh hanya cara
pendidik menyampaikan pendidikan yang harus tepat dengan keebutuhan peeserta
didik itu sendiri. Selain itu penddidik juga menuntun peserta didik bagaimana
memanfaatkan TIK ddalam pembelajaran contohnya dalam mencari materi dan
presentasi.
Prilaku yang
mencerminkan paradigma IA di kelas
•
Selalu
berfikir positif dalam segala keadaan
•
Selalu
berpikir solutif
•
Melakukan
refleksi di akhir pembelajaran
•
Membiasakan
dan menumbuhkan rasa empati antar sesama
•
Mengajarkan
berbagi (Pembiasaan dengan memberikan
bantuan pada sesama yang membutuhkan)
•
Mengadakan
kunjungan pada panti jompo dan anak yang sudah tidak punya orang tua serta anak
yang berkebutuhan khusus`
•
Mengundang
alumni sebagai motivator
Mencapai Visi Murid yang Merdeka Sesuai Dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Cara mencapai visi murid merdeka:
1. Membuat kesepakatan kelas awal
2. Merancang RPP yang menyenangkan dan variatif dalam penggunaan model
pembelajaran
3. Memberikan pengalaman belajar langsung
(Contextual) sehingga pembelajaran menjadi bermakna
4. Guru mampu mengajar sesuai bakat anak
5. Guru menjadi teladan dengan menunjukan sikap among (Sebagai orang tua)
6. Anak menyampaikan tugas dalam berbagai karya (Video, puisi, komik dll)
7. Memadukan budaya lokal ke dalam proses pembelajaran
Filosofi Ki Hajar Dewantara; Budaya Sekolah Sebagai Kekuatan menghadapi Tantangan di Sekolah
Banyak sekali hal-hal
positif pemikiran tentang filolosofi pendidikan yang diutarakan Ki Hajar
Dewantara. Salah satu hal yang sangat positif adalah menyatukan budaya
disekitar lingkungan seekolah kedalam proses belajar mengajar. Hal tersebut
ditujukan untuk mengajak tidak hanya warga sekolah tetapi juga warga masyarakat
di lingkungan sekitar sekolah untuk ikut serta berperan aktif mewujudkan suatu
budaya positif di lingkungan sekolah dan di lingkungan sekitarnya. Salah satu
prinsip yang dipegang teguh oleh Ki Hajar Dewantara dari tujuan pembelajaran
itu sendiri adalah menjadikan siswa menjadi pribadi yang bisa bermanfaat dan
berguna untuk masyarakat sekitarnya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
kebudayaan yang positif daerah sekitar lingkungan sekolah harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
Budaya religi perlu
digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Di daerah saya cukup banyak pendidikan
non formal keagamaan yang menunjang terwujudnya tujuan pendidikan. Saya bisa
menggunakan kebudayaan religi untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah
dalam hal perwujudan motivasi positif internal dari siswa.
Sebagai contoh adalah
karena 100% siswa di sekolah saya adalah beragama Islam maka sebelum
pembelajaran berlangsung biasanya siswa dituntun untuk membaca beberapa ayat
dari Al-Qur’an selama kurang lebih 10 menit. Hal tersebut bertujuan agar selama
pembelajaran beerlangsung mereka diirriingi oleh semangat kerohanian yang
positif yang bisa menjaga mereka melakukan hal-hal atau tindakan-tindakan yang
tidak diinginkan. Selain itu, ketika waktu beribadah telah tiba, para guru juga
menuntun para siswa untuk melakukan ibadah bersama-sama agar terjalin nilai kebersamaan
dan toleransi yang tercipta diantara guru dan diantara siswa. Setiap hari
Jum’at tiba, siswa dan guru bersama-sama melakukan kegiatan kerohanian lainnya
seperti mendengarkan tausiyah atau ceramah dari tokoh atau pemuka agama di
sekitar lingkungan sekolah. Selain dari tokoh atau pemuka agama, tidak jarang
juga guru dan siswa ikut serta mengisi ceramah dalam kegiatan tersebut. Topik
yang dipilih untuk ceramah tersebut adalah motivasi-motivasi yang positif untuk
membangkitkan motivasi instrinsik dari dalam diri siswa dan guru. Seluruh
rangkaian kegiatan kerihanian tersebut digunakan karena para siswa di SMPN 2
Leuwisadeng sebagian besar juga belajar di pendidikan non formal keeagamaan
(pesantern) yang berlokasi di sekitar sekolah. Situasi yang sangat positif
tersebut sudah menjadi budaya di lingkungan Leuwisadeng. Diharapkan dengan
dipadukannya budaya positif tersebut di dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
akan membuat segala tujuan pembelajaran disekolah tercapai dengan maksimal.
Program pembiasaan budaya
religi yang diterapkan di sekolah memang tidak mudah. Ada beberapa tantangan
yang dihadapi oleh guru dan sekolah. Sebagai contoh adalah siswa yang juga
menempuh pendidikan non formal di lembaga religi atau pesantren kadang cepat
merasa lelah ketika mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal
tersebut dikarenakan mereka setelah pulang sekolah dan ssebelum berangkat
sekolah mengikuti kegiatan religi terlebih dahulu di pesantren. Tantangan
tersebut diatasi oleh sekolah dan guru dengan berdiskusi bersama penyelenggara
pendidikan di pesantren mengenai jadwal pembelajaran. Hasilnya pihak sekolah
dan pesantren mendapatkan solusi yaitu penyesuaian porsi belajar siswa di
pesantren. Dalam artian bahwa untuk siswa yang akan melakukan kegiatan belajar
di sekolah tidak terlalu mendapatkan porsi belajar yang padat di pesantren. Hal
tersebut diharapkan bias menjaga stamina dan konsentrasi siswa ketika melakukan
kegiatan pembelajaran di sekolah.
Mewujudkan Kesepakatan Kelas Bersama Siswa Guna Menumbuhkan Tanggung Jawab dan Mandiri
Langkah-langkah kesepakatan kelas yang saya rancang
bersama dengan para siswa dikelas daring saya antara lain:
1.
Menjelaskan terlebih dahulu tujuan
dengan dibuatnya kesepakatan kelas
2.
Membahas bersama-sama konsekuensi yang
akan diterapkan ketika kesepakatan kelas dilakukan ataupun dilanggar.
3.
Kesepakatan kelas memuat hal-hal positif
yang bisa membangun budaya positif di kelas
4.
Menyepakati bersama hal-hal yang akan
dicantumkan dalam kesepakatan kelas yang akan disepakati.
Tindakan yang saya
lakukan ketika proses pembahasan kesepakatan kelas pada siswa adalah menuntun
mereka berkontribusi aktif untuk turut serta mengeluarkan pendapat mereka
terhadap suasana kelas yang nyaman guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal
tersebut tidak mudah karena pada awalnya mereka tidak mengerti apa yang
dimaksud dengan kesepakatan kelas. Setelah saya menjelaskan tentang kesepakatan
kelas dan tujuan dibuatnya, mereka perlahan-lahan berani mengelluarkan pendapat
mereka masing-masing. Contoh percakapan
saya dengan beberpa murid:
Guru : Anak-anak apakah kalian pernah mendengar
tentang kesepakatan kelas?
Murid-murid : (Diam) Tidak ada yang menjawab?
Guru :
Coba Ikhsan (salah satu murid), apakah kamu tahu apa itu kesepakatan kelas?
Ikhsan : Tidak tahu pak.
Guru : Baiklah, bapak akan coba
jelaskan apa itu kesepakatan kelas dan tujuannya. (guru langsung menjabarkan
kesepakatan kelas dan tujuannya)
Guru : Sekarang apakah kalian
mengerti tentang kesepakatan kelas?
Murid-murid : Mengerti pak
Guru : Baiklah sekarang kita akan
membahas tentang kesepakatan kelas yang akan kita sepakati (Pembahasan pun
berjalan dengan upaya guru menuntun murid unntuk mengungkapkan pendapat dan ide
mereka.
Guru : Bagaimana kelas impian kalian?
Murid : Tidak membosankan, boleh minum
dan ngemil, tidak banyak tugas dan PR.
Guru : Ok bagus sekali, selain itu
apalagi supaya kalian ketika belajar merasa nyaman?
Murid : Tidak saling mengganggu sesama
pak.
Ketika
kesepakatan kelas telah dibuat, respon siswa sangat kaku sekali. Suasana kelas
menjadi sepi seakan-akan mereka dibayang-bayangi oleh suatu aturan yang mereka
buat sendiri. Tantangannya adalah membiasakan siswa beraktivitas seperti biasa
tanpa merasa tertekan dan tertuntut oleh peraturan atau kesepakatan kelas yang
mereka buat dan sepakati bersama. Mungkin karena pembelajaran yang dilakuakn
secara daring sehingga siswa tidak bisa sepenuhnya terkontrol secara emosi oleh
guru.
Short Functional Text #Short Message
Short message is one of the short functional text that show short information from the sender to certain person. The example of short mes...
-
Apa itu tahapan BAGJA? Dari nama nya seakan mengandung arti setiap proses pencarian solusi dilakukan dengan penuh kebahagiaan. BAGJA beras...
-
Definisi dari pembelajarab berdiferensiasi adalah pembelajaran yang adil bagi siswa. Artinya pembelajaran yang memenuhi kebutuhan bela...
-
Short message is one of the short functional text that show short information from the sender to certain person. The example of short mes...