Pembelajaran
berdiferensiasi akan lebih efektif dilaksanakan jika tidak menimbulkan sesuatu
hal yang baru dan membingungkan siswa pada pelaksanaannya. Oleh karena itu,
saya melihat salah satu unsur dari pembelajaran tersebut bukan hanya pada
kesiapan kognitif siswa tetapi juga kesiapan dan profil belajar siswa yang
kaitannya dengan lingkungan yang sudah biasa mereka alami dan mempunyai
kenangan yang menyenangkan di dalamnya. Lingkungan yang dimaksud adalah tempat
dan situasi belajar. Pada umumnya pembelajaran akan dilakukan di kelas ataupun
di dalam rumah dalam melakssanakan pembelajaran biasa ataupun pembelajaran
berdiferensiasi. Masalah sarana akan muncul sebagai hambatan penerapannya
biasanya. Baik luas ruangan, tata letak meja dan kursi maupun pembagian letak
kelompok yang cendrung membuat siswa tidak leluasa dalam belajar. Oleh karena
itu saya akan melakukan penyesuaian terkait tempat dan suasana belajar dalam
menerapkan pembelajaran diferensiasi ini.
Saya
akan melaksanakan pembelajaran di luar kelas dengan tujuan akan lebih bebas
menentukan menempatkan serta mengawasi kelompok-kelompok siswa yang telah diklasifikasikan
berdasarkan prinsip pembelajaran berdiferensiasi sebelumnya. Selain itu saya
akan mennggunakan permainan tradisional sebagai media pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan belajar siswa sesuai dengan profil belajar mereka. Kita
mengetahui bahwa banyak sekali jenis permainan tradisional yang memenuhi segala
kebutuhan belajar siswa baik itu audio, visual maupun kinestetik. Selain itu,
mengenalkan kembali permainan tradisional akan mengembalikan ingatan
menyenangkan saat mereka bermain dan akan menumbuhkan dan menjaga motivasi
instrinsik siswa dalam belajar.
Tantangan
yang sebenarnya harus dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi
adalah mengelola kelas dengan baik. Menerapkan pembelajaran ini berarti ada
pengklasifikasian sesuai kesiapan, minat dan profil belajar siswa yang nantinya
akan dikelompokan dan ditempatkan secara berjarak di kelas yang tidak terlalu
luas dan lapang. Walaupun demikian, prinsip paradigm Inquiri Apresatif telah
melekat dalam pikiran saya. Oleh karena itu sebenarnya solusi yang bisa diambil
supaya pembelajaran menjadi efektif adalah menjadikan segala hal yang ada di
sekolah sebagai kekuatan. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan membawa siswa ke
luar kelas ke tempat yang lapang dan sedikit luas agar guru bisa melakukan kontrol,
coaching dan memberikan skafolding dengan tepat. Melaksanakan hal ini tentunya
membutuhkan dukungan kepala sekolah agar memberikan izin menggunakan fasilitas
seperti lapangan atau taman sekolah yang tersedia sebagai tempat belajar.
Jika
saya menghadapi dimana kebutuhan siswa tidak terpenuhi oleh pembelajaran
berdiferensiasi yang sebenarnya sudah sedikit disinggung sebelumnya yang
kemungkinan dikarenakan penggunaan proses pembelajaran yang baru yang mungkin akan
membingungkan siswa, maka saya pasti akan melakukan suatu inovasi yang
sebenarnya sedang saya lakukan pada akir-akhir ini. Ini mungkin jenis pembellajaran
yang tidak umum dan merupakan suatu
midifikasi dalam proses pembelajaran. Inovasi tersebut adalah penggunaan
permainan tradisional sebagai media belajar yang menurut saya memenuhi dari kesiapan
belajar siswa (dilihat dari kebiasaan dan lingkungan siswa), minat siswa
(sebagian besar ingin bermain) dan profil belajar siswa (sebagian besar
kinestetik, audio dan visual). Selain itu penggunaan permainan ini juga akan
mengembalikan kenangan menyenangkan dan menghadirkannya kembali saat proses
belajar yang akan menjaga motivasi instrinsik siswa ketika belajar. Hal
tersebut juga merupakan benteng budaya akan efek negatif dari kemajuan tekhnologi
dan informasi.