Selasa, 26 Januari 2021

Mengembalikan marwah belajar yang hilang







1. Refleksi diri pemikiran Ki Hajar Dewantara

a. Peserta didik tidak pernah salah karena membawa bakat alami

Dunia pendidikan saat ini dituntut menerapkan dan mengadopsi lingkungan yang berkawan dengan kemajuan tekhnologi dan informasi yang sangat pesat. Hal tersebut membutuhkan sikap dan teladan yang tidak mudah untuk menjaganya.Salah persepsi bisa merusak bahkan menghilangkan marwah belajar yang sesungguhnya yang telah dirintis dan di tetapkan oleh pendahulu pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara. Dalam filosofi belajar yang dikemukakan oleh kihajar dewantara yang jarang sekali dipahami ddan diterapkan oleh para pendidik adalah tentang pemahaman akan peserta didik itu sendiri. Menurut Ki Hajar peserta didik mempunyai karakter alami atau bawaan yang pada dasarnya tidak bisa dirubah oleh pendidik di sekolah yaitu bakat alam mereka. Bakat alam yaitu bakat yang dibawa oleh manusia sejak lahir. Salah satu bakat alam yang dibawa oleh peserta didik ke sekolah adalah bakat untuk bermain. Hal ini lah yang jarang sekali dikeetahui oleh pendidik. 

Segala "kenakalan" peserta didik yang terjadi disekolah salah satunya dikarenakan bakat alam mereka yang tidak bisa tersalurkan. Sekali lagi harus diingat bahwa bakat alam tidak bisa dihilangkan. Bermain adalah bakat alam peserta didik dan ketika hal tersebut dibendung atau tidak disalurkan akan ada suatu pelampiasan yang seebenarnya sengaja atau tiddak sengaja mereka lakukan yang bisa tertuang dalam bentuk keisengan yang bermacam - macam yang bisa disebut "kenakalan" di sekolah. Keisengan-keisengan tersebut seperti tidak bisa diam di kelas, selalu berisik dan ngobrol saat peembelajaran berlangsung ataupun tawuran yang terjadi yang sebenarnya dikarenakan oleh tidak tersalurkannya bakat alam mereka. Oleh karena itu peserta didik pada dasarnya tidak bisa disalahkan karena hal-hal tersebut merupakan secara alamiah dan naluri yang harus disalurkan. Lalu siapakah yang salah atas kenakalan-kenakalan peserta didik yang terjadi di sekolah?

Tidak ada yang salah dalam hal ini. Semua harus bekerjasama untuk mengembalikan kembali marwan pendidikan yang sangat luar biasa yang sudah dipikrkan dan digagas oleh Ki Hajar lama pada waktu dahulu sekali. Bakat alami yang dibawa oleh peserta didik hendaknya dituntun oleh guru sebagai penuntun bukan penuntut ke arah belajar sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Tidak ada lagi siswa yang nakal, yang dituntut harus mencapai tujuan atau nilai yang telah ditetapkan dengan cara-cara pemaksaan baik secara moral dan pisik. Guru harus menerapkan sistem Among. Guru hanya sebagai pamong, sebagai orang tua yang mengarahkan, menuntun dan mengayomi segala bakat alam dan bakat zaman untuk mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Tujuan pendidikan yang sebenarnya adalah menjadikan peserta didik mencapai kebahagiannya yang berguna untuk dirinya sendiri, orang disekitarnya dan orang lain.

Bagaimana mengatasi kodrat alam peserta didik yang negatif? Setiap peserta didik memiliki keunikannya masing-masing. Sekali lagi menurut Ki Hajar kodrat alam tidak bisa dihilangkan tetapi bisa diminimalisir dengan pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan karakter di kelas sangat pentinng sekali untuk meminimalisir kodrat negatif yang mungkin timbul.

Guru adalah pamong yang tidak boleh menghukum tapi hanya mengarahkan dan tidak menuntut tapi menuntun. 

b.  Bakat zaman yang harus di manfaatkan

Perkembangan zaman yang sangat cepat membawa segala efek sampingnya pada peserta didik. Banyak sekali kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh peserta didik yang disebabkan oleh pesatnya perkembangan tekhnologi informasi di era digital sekarang ini. Kejadian yang sering didengar diantaranya adalah; peserta didik terlalu banyak bermain game online yang membuat mereka lupa waktu dan tidak menjaga kesehatan dan juga akses ke situs-situs negatif mudah sekali ditemukan yang akan berdampak negatif pada perkembangan psikis mereka. Lalu bagaimanakah kita sebagai pendidik atau among untuk mengatasi segala permasalahan tersebut?

Peserta didik datang dengan membawa bakat alam dan bakat zaman menurut Ki Hajar Dewantara. Kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dan dihilangkan dalam diri mereka. Perkembangan zaman yang akan terus berkembang tidak bisa dihhindari ataupun dibendung. Peran pendidik yang sangat dibutuhkan dalam hal ini. Kita sekali lagi hanya bisa menuntun untuk memberikan pemahaman dengan kasihh sayang dan teladan yang baik pada para peserta didik bagaimana untuk memanfaatkan perkembagan tekhnlogi dan komunikasi ini untuk mendapatkan sesuatu yang lebih bermanfaat. Selain itu, kita harus mengedepankan budaya tradisional sebagai media untuk menyeimbangkan dan filter akan kehadiran tekhnolgi ini. Budaya sebagai ciri dari sutu bangsa jangan sampai hilang karena kemajuan zaman yang sangat pesat. Sebagai pendidik kita wajib menjaganya. 

c. Permainan tradisional sebagai media pembelajaran yang menyenangkan sebagai salah satu solusi menciptakan pembelejar pancasila.

Peserta didik harus dituntun untuk menjadi pembelajar yang memiliki karakter pancasila; Bertaqwa pada Tuhan YME, kreatif, berkebinekaan yang global, gotong royong dan mandiri.

c.1 Peserta didik yang bertaqwa pada Tuhan YME

    Dalam proses belajar mengajar hendaknya para pendidik menyisipkan nasehat-nasehat yang baik secara konssisten dan dibarengi oleh teladan yang baik. Hal terseebut bertujuan untuk terus menjaga motivasi instrinsik peserta didik agar bisa terus menekan timbulnya bakat alam yang tidak baik pada peserta didik tersebut. Nasehat tersebut bisa diberikan ketika sebelum, saat pembelajaran ataupun sesudan pembelajaran berlangsung. Dalam sekala yang lebih besar, sekolah bisa mengadakan kegiatan keagamaan secara rutin.

c.2 Peserta didik yang kreatif

    Hanya menuntun dan melakukan coaching terhadap peserta didik akan menjadikan mereka sedikit demi sedikit menjadi kreatif. Sekali lagi ini perlu upaya yang konsisten dan teladan yang baik dari gurunya.

c.3 Peserta didik yang mempunyai sifat kebiekaan yang global

    Hal ini mengandung arti bahwa peserta didik tidak menghilangkan budaya asli dan tetap mengikuti perkembangan zaman dan tidak menutup diri. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah menghadirkan kembali permainan-permainan tradisional yang sudah hampir jarang dikenal oleh anak-anak zaman sekarang dalam kehidupan mereka. Guru bisa menjadikan permainan tradisional sebagai salah satu bagian penting dan tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar di sekolah. 

c.4 Gotong royong

Guru perlu menuntun peserta didik untuk terbiasa melakukan sesuatu bersama-sama. Hal tersebut dijukan untuk menghindari kompetisi yang tidak sehat ddan gap antara mereka yang kerap ditemui skarang ini. Dalam pembelajaran diussahakan terus menyisipkan unsur kerja sama dalam mempelajari sesuatu.

c.5 Mandiri

Pada akhir tujuan pembelajaran diharapkan peserta didik bisa menjadi pribadi yang mandiri yang bisa berjuang tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain. Hal ini bisa dilakukan dalam pembelajaran dengan metode-metode pembalajaran discovery dan inquiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Short Functional Text #Short Message

 Short message is one of the short functional text that show short information from the sender to certain person.  The example  of short mes...